Author: Valdo L Finz
Genre: Fantasy, Adventure, Action, Romance, Ecchi, Comedy.
Main Menu: Click Here!
Prev Chapter: Click Here
ARTANIA
Chapter 04
Luna
“Urgh..” ucap Rain di dalam keadaannya.
Tersadar
di dalam situasinya, Rain memandang sekitar. Memang sudah beberapa jam
ini Rain tertidur pulas di dalam posisinya setelah berhasil mengalahkan
dinosaurus berkapak.
Sejenak di dalam keadaan kepalanya
yang masih sedikit pusing, ia mulai memikirkannya kembali. Tentu saja
karena ia baru sadar di dalam keadaannya, belum lagi sebelumnya ia
tertidur cukup lama dan sekarang harus bangun secara tiba-tiba.
Ia
mulai memikirkan dan mencoba mengingat kembali, semua pertarungan yang
telah di laluinya bersama dengan Crown sebelumnya. Tapi ketika ia
memikirnya, Rain menjadi teringat tentang kehadiran Crown.
“Ah, benar.. Crown! Dimana dia sekarang?” pikirnya.
Untuk
sesaat, Rain kembali memandang sekitar dengan seksama. Namun betapa
terkejutnya Rain ketika memandang di dalam posisinya itu.
“HUAAAAAH!?” teriaknya.
“Ada apa, Tuan?” tanya Crown.
Entah
apa yang dipikirkan Crown, Rain pun tak mengerti. Di dalam posisi
wajahnya yang setengah mengantuk, Crown memeluk tubuh Rain dengan
eratnya.
Crown memeluknya,
seakan-akan Rain adalah seorang kekasih yang dipilih di dalam hidupnya.
Menanggapi hal itu, dengan cepatnya Rain berusaha menghindar.
Keadaan itu sangat meresahkannya,
membuatnya panik dan gusar.
Kemudian
dengan gerakan tangannya yang cepat namun tak terkesan kasar, Rain
melepaskan pegangan tangan Crown yang mendekap tubuhnya. Lalu pada saat
bersamaan ia berdiri, dan berlari menjauh dalam posisinya.
Namun di tengah tindakan yang berakhir dengan keberhasilan itu, Crown mengatakannya..
“Ayo Tuan, peluk aku.. peluk aku lebih erat lagi..” ucapnya masih dalam keadaannya yang setengah mengantuk.
Tapi bukannya Rain senang, malahan Rain menjadi takut. Tentu saja tindakan Crown itu sangat membuatnya heran dan terkejut.
Wajar
saja, selama ini yang Rain ketahui, Rain tidak pernah melihat Crown
seagresif ini di dalam komputernya. Jadi bagaimana mungkin Crown
melakukan tindakan ini.
Namun Crown tak jera. Masih dalam
keadaannya yang menutup mata dan setengah mengantuk, Crown berjalan
dengan cepat mendekati Rain. Tapi di dalam pengejaran itu, Rain terus
berlari dan berusaha untuk menghindarinya. Tetapi sayang, di saat Rain
menghindarinya, Rain terjatuh akibat tersandung sebuah batu yang berada
di depan mata kakinya.
Akhirnya sekali lagi,
Crown berhasil memeluk Rain di dalam keadaan jatuhnya,
memeluk Rain dengan sangat erat dalam keadaannya.
“Bisakah kau sedikit tenang, Tuan..” ucap Crown tersadar di dalam keadaan itu sambil perlahan membuka matanya.
Sejenak
di dalam keadaan yang berakhir hening itu, Crown tersentak memandang
Rain. Tentu saja karena saat ini, wajah mereka sangat dekat. Belum lagi
di dalam keadaan ini mereka saling menatap dengan posisi Crown yang
berada di atas Rain sambil memeluknya.
Tapi sekarang
terlihat perbedaan di dalam wajah Crown ketika Rain memandangnya. kini,
dengan wajahnya yang memerah dan tersipu malu, ia menatap Rain. Tak
kalah hebatnya dengan Crown, Rain juga memandangnya dengan tatapan
matanya yang terlihat terkejut, dan wajahnya yang memerah padam.
Tapi tetap saja niat Crown tak kunjung reda untuk menggodanya. Di tengah keadaan yang merisaukan Rain itu, Crown berkata..
“Mengapa, Tuan?” ucapnya dengan nada menggoda, “apa kau tidak ingin memeluk gadis secantik aku?”
Sambil
menelan air liur di tenggorokannya, Rain terus memandang wajah Crown
yang terlihat begitu dekat. Crown sangat dekat, dekat sekali dengan
wajahnya yang memerah. Membuat Rain menjadi canggung dan begitu malu di
dalam keadaannya. Lalu setelah merasa cukup mabuk di dalam posisinya,
sama halnya dengan tak ada perkataan yang bisa diungkapkannya, akhirnya
Rain berteriak..
“SUDAAAAH!! HENTIKAAAAAN!” teriaknya.
Namun menanggapi sikap Rain, Crown hanya tertawa. Tertawa dengan sangat senangnya seolah perkataan Rain itu sangat menghiburnya.
“Baiklah.. baiklah, Tuan..” ucap Crown di dalam keadaan itu.
Akhirnya
setelah Rain berteriak, Crown melepaskan pelukannya. Diikuti dengan
Rain yang beranjak mundur menjauhi Crown dengan tatapan matanya yang
sinis.
“Hyahaha!” tawa Crown.
“Kau tidak perlu menjauhiku seperti itu, Tuan..” ucapnya.
Memang benar tindakan Crown yang satu ini sangat mengejutkannya. Terlebih lagi Crown memeluk Rain dengan sangat mesranya.
Tapi di dalam pemikiran itu, dengan tegasnya, Crown menjelaskan semua pertanyaan yang mengganggu pemikiran tuannya.
“Coba kau lihat LP-mu, Tuan,” ucap Crown kepada Rain.
Sejenak
di dalam perkataannya, Rain mulai memandang status bar LP yang ada di
dalam pandangannya. Lalu dengan tatapan matanya yang tidak percaya, ia
memandang status bar LP itu.
Sekarang status bar LP yang
berada di dalam pandangannya itu telah terisi penuh. Jadi wajar saja
bila Rain terkejut dan terlihat heran.
“Apa yang dilakukannya?” pikir Rain.
Lalu di tengah kebingungan Rain,
Crown menjelaskannya.
“Kau lihat, kan? Tuan?” tanyanya.
“Sebelumnya kau pasti mengetahuinya, bahwa status LP di dalam bar-mu itu hanya tersisa setengah,” ungkapnya.
Tapi menanggapi perkataan Crown, dengan wajah herannya, Rain bertanya lansung kepadanya..
“Apa yang telah kau lakukan untuk mengisinya?” tanya Rain.
Tanpa perasaan canggung atau malu,
Crown menjelaskannya.
Kurasa ada yang salah dengan pikiran Crown.
“Kekuatan fisik akan menguras LP, karena itu harus ada yang dilakukan untuk mengisi LP tersebut..” ucapnya.
“Misalnya berpelukan dengan mesra,” jelasnya.
“HAAAAAH?!” teriak Rain di dalam penjelasannya.
“Itu benar!” balas Crown dengan sebuah senyuman.
“Berbeda
dengan HP yang tak kunjung berkurang jika tak mendapatkan luka atau
serangan, LP harus di isi dengan beristirahat, lebih cepatnya dengan
sebuah kehangatan tubuh atau kencan antara player,” jelasnya.
“Bukankah sudah pernah kubilang, Sim dating!”
Sejenak
di dalam perkataannya, tiba-tiba saja Rain teringat tentang perkataan
Crown sebelumnya. Teringat akan sebuah pernyataan dimana pada saat ia
menjelaskan semua peraturan termasuk dengan Sim Dating.
Setelah mendengar penjelasan singkatnya, Rain mendekati Crown kembali, dan berkata..
“Kupikir kau sudah gila..” ungkapnya dengan wajah yang sedikit kesal.
Namun menanggapi sikap Rain,
Lagi-lagi Crown tertawa dengan senang dan menggodanya.
“Hyahaha,” tawanya.
“Bukankah kau menikmatinya, Tuan?” tanya Crown, “jadi, mengapa kau terlihat kesal?”
“MENIKMATINYA KAU BILANG?!!” teriak Rain di tengah pertanyaannya.
Kemudian
menanggapi sikap Rain yang terlihat menyebalkan itu, Crown memegang
perutnya sambil menahan tawanya. Tentunya sikap tuannya itu sangat
menghiburnya, sampai-sampai ia menahan tertawanya sesaat.
Namun bukannya jera, Crown terus menyudutkan Rain dengan godaan-godaan khasnya, sambil berkata..
“Sudahlah Tuan, akui saja..” sindir Crown di tengah teriakan Rain.
“Atau jangan-jangan kau tidak menyukai wanita?” tanyanya dengan parasnya yang menggoda.
Tapi
sepertinya Rain sudah mencapai pemikiran normalnya. Di tengah
keadaannya, Rain menghela nafasnya. Setelah berhasil menenangkan
dirinya, dengan nada tegasnya, ia kembali berkata kepada Crown tanpa
mengubris perkataannya tadi..
“Lantas sekarang, kita berada dimana?” tanya Rain dengan keseriusannya.
Melihat
keseriusan Rain yang begitu tegas, membuat Crown berhenti mengodanya.
Tentu saja karena Crown tahu, saat tuannya sedang memperlihatkan
keseriusannya, jangan pernah sekali pun mencoba mengodanya, apalagi
mempermainkannya.
“Sekarang kita berada lima kilometer di
depan hutan, yang tak jauh dengan kerajaan MOONFORD, Tuan,” jelas Crown
di dalam perkataan Rain.
“Kerajaan MOONFORD?” pikir Rain.
Sejenak
Rain tertegun di tengah perkataan Crown. Tentu saja perkataan Crown itu
menarik perhatiannya. Terlebih lagi memang hal itu adalah suatu hal
yang harus dipertimbangkan. Karena saat ini, mereka belum menemukan
tempat persinggahan semenjak kedatangan di dalam dunia ini.
Namun
Rain menyadarinya, menemukan tempat persinggahan pun bukanlah suatu hal
yang baik. Terlebih lagi, belum tentu kedatangan mereka akan disambut
dengan hangat
Tapi tidak ada salahnya mencoba, itulah
yang dipikirkan Rain ketika menatap Crown. Lalu karena memikirkan hal
itulah, akhirnya Rain berkata..
“Baiklah, kurasa kita harus mengunjugi kerajaan itu segera..” ungkapnya kepada Crown.
***
Satu
jam telah berlalu di dalam perjalanan mereka. Memang benar, meskipun
sebelumnya Crown bilang tak jauh, tetap saja rute yang mereka tempuh
cukup panjang.
“Tak jauh dari mananya..” pikir Rain di dalam keadaan itu.
Namun
di dalam perjalanan itu, lagi-lagi Crown terlihat lemas. Membuat Rain
menjadi sebal, dan terlihat kesal di dalam rasa lelahnya. Memang Rain
mengetahuinya, mengajak wanita berjalan adalah hal yang paling
menyulitkan, belum lagi semua hal yang dikeluhkannya.
Tapi,
mau bagaimana lagi, sebisa mungkin Rain harus menahan semua emosinya
untuk bisa keluar dari situasi sulitnya ini. Dan karena alasan itulah,
akhirnya Rain berkata..
“Baiklah, mungkin kita akan istirahat sejenak di sini..” kata Rain di dalam keadaan Crown yang terlihat lemas dan lelah.
“Terima kasih, Tuan..” jawab Crown sambil terhuyung di dalam keadaannya.
Sejenak,
Rain bersinggah di dalam keadaannya. Memang saat ini, belum sedikit pun
mereka beranjak keluar dari dalam hutan. Masih sama, setiap Rain
memandang, hanya ada pepohonan yang menghalangi di sekitarnya.
Angin bertiup pelan di antara mereka.
Membuat hati Rain tenang dan santai untuk sementara waktu.
Rain
mulai memejamkan matanya. Keadaannya kali ini sangat membuatnya nyaman.
Rain merasa lelah karena telah melakukan perjalanan selama satu jam
lamanya bersama dengan Crown.
Begitu juga dengan Crown.
Masih dengan keadaannya yang pulas, Crown tertidur tak jauh dari
tempatnya. Namun itu bukan suatu hal yang mengherankan, karena Crown
adalah tipe wanita yang gampang tertidur dengan pulas di dalam
keadaannya.
Tetapi..
Baru saja mereka menikmati keadaannya..
“Kyaaaaa!!” teriak Crown.
Baru saja mereka menikmati keadaannya, kembali lagi, Rain disudutkan dengan sebuah masalah baru yang menimpa Crown.
Dengan cepat,
Rain membuka matanya..
Tersentak di dalam keadaanya.
“Ini’kan?!” pikir Rain tidak percaya.
“Tuaaan!! Tolong aku, Tuaaaan!” teriak Crown di dalam posisinya.
Saat
ini tepat di dalam pandangan mata Rain, terdapat suatu hal yang baru
untuk di hadapi. Itu adalah sebuah monster aneh menyerupai gurita, dan
mempunyai banyak tentacle di setiap sisinya.
Melihatnya
saja sudah membuat Rain heran. Tentu saja, sebelumnya dinosaurus
bertangan yang memegang kapak, sekarang monster yang menyerupai gurita
dan terdapat di dalam hutan.
“Kurasa aku akan benar-benar gila..” pikir Rain ketika menatap monster itu.
Namun Rain sadar tidak ada waktu untuk ragu, sementara sekarang Crown sedang kesulitan di dalam posisinya.
Kini
tepat di hadapan Rain, Crown berteriak dengan kencangnya sambil
berusaha melakukan perlawanan dengan tentacle yang mengunci erat kedua
tangannya beserta dengan kedua kakiknya.
Melihatnya saja
sudah membuat Rain malu dan sesekali membuang pandangannya ke arah itu.
Tentu saja saat ini Crown mengenakan sebuah rok, belum lagi di tengah
keadaannya itu, Roknya terbuka dengan sangat lebar.
Membuat Rain menjadi canggung dan enggan memandangnya.
“Bagaimana ini?!” pikir Rain.
Memang
Rain jarang sekali terlihat bersama dengan wanita di dalam
kesehariannya. Apalagi sekarang ini dia harus melihat celana dalam
Wanita. Namun mau tidak mau, Rain harus membiasakannya, sebab ini
bukanlah saatnya bercanda atau pun malu.
Sejenak Rain
menutup matanya dan menghela nafasnya di dalam keadaan yang membuatnya
canggung. Dan seketika Rain mulai berlari mendekatinya.
Di
dalam keadaan larinya, Rain mulai mengeluarkan senjatanya dan bersiap
menyerang monster itu. Akan tetapi sayang, ketika ia memeriksa
inventorynya, hanya terdapat sebuah pedang yang didapatkannya dari
monster dinosaurus berkapak.
Lalu di dalam keadaannya yang mengerluarkan pedang itu..
Rain terjatuh di dalam posisinya,
terjatuh di dalam keadaan larinya.
Rain
terjatuh dengan sangat keras, di ikuti dengan sebuah bunyi yang sangat
kencang. Namun di dalam keadaan itu, tangannya yang masih memegang
pedang dengan erat.
Ternyata pedang yang digenggamnya itu sangat berat, itulah yang membuatnya terjatuh dan terhenti di dalam posisi berlarinya.
Rain
tidak pernah memperhitungkannya, bahwa pedang yang akan dikeluarkannya
ini sangat berat dan menjadi beban untuknya. Tentu saja karena
sebelumnya Rain belum pernah mencoba memegang pedang baru ini, apalagi
mencoba mengayunkannya.
“Tuaaaan!” teriak Crown ketika melihat Rain terjatuh di dalam posisinya.
Tersentak
dengan teriakan Crown, Rain mencoba beranjak dan bangkit berdiri di
dalam posisinya. Meskipun Rain sangat tahu, sangat sulit baginya untuk
mengangkat pedang itu, apalagi membawanya berlari.
Namun
karena usaha dan keinginannya sangat keras untuk menolong Crown,
akhirnya Rain berhasil mengangkatnya dengan semua tenaga dan mencoba
membawanya berlari.
Tapi belum saja Rain berhasil mendekati monster itu,
Rain kembali dikejutkan dengan teriakan Crown.
“Tidaaak!!! Jangaaan!! Jangan di situ!!”
Di
dalam posisi Crown, monster itu mulai mengerayanginya. Tapi ini sedikit
berbeda dari pemikiran Rain. Tentu saja karena tentacle monster itu
mengerayangi seluruh permukaan tubuh crown, belum lagi tubuh Crown
terlihat sangat basah karena lendir yang keluar dari tentacle-tentacle
itu.
Di tambah lagi seiring menit berlalu, cairan yang
keluar dari tentacle itu mulai mengeluarkan effectnya. Perlahan namun
dengan pasti, terlihat sebuah perubahan pada pakaian Crown.
Meleleh,
dan semakin meleleh..
Tapi
bukannya Rain cepat bertindak, malahan Rain membuang pandangannya dan
enggan untuk maju. Lalu sambil membuang pandangan matanya, Rain
berteriak..
“UWAAAH!” teriak Rain sambil mengalihkan pandangannya.
Memang Rain adalah seorang pria yang pemarah, tapi di balik itu, Rain adalah seorang yang cukup pemalu.
“Tidaaak, jangan.. jangan..” teriak crown.
Perlahan namun dengan pasti, di dalam keadaan Crown terdengar suara yang semakin mengelisahkan Rain.
Dengan teriakan yang kencang,
desah-desahan yang terdengar seperti menikmati sesuatu.
Pikiran
Rain semakin kacau dan gusar. Tentu saja mereka sama sekali belum
keluar dari keadaan sulitnya. Belum lagi ditambah dengan keadaan Crown
yang semakin lama semakin meresahkan digendang telinganya.
Maka di tengah pemikiran yang kacau, dengan seketika Rain mencoba menolongnya..
Rain berlari membawa pedangnya,
dan mencoba menyerang monster itu dengan menutup matanya.
Entah
apa yang dipikirkan Rain ketika melakukan itu, Crown pun tidak
mengerti. Namun mungkin tindakannya itu sudah diperhitungkannya. Itulah
yang dipikirkan Crown di sela keadaannya yang terlihat menyakitkan dan
sangat cabul untuknya.
“HANCURLAH!!” teriak Rain ketika mendekati tubuh monster itu dan berhasil mengayunkan pedangnya.
Namun yang terjadi malah sebaliknya.
Rain
berhasil mengayunkan pedangnya, akan tetapi tak sedikit pun serangan
itu berhasil melukai tubuhnya. Wajar saja karena Rain menutup matanya,
mana mungkin Rain bisa menyerangnya.
Mungkin karena Rain
terkadang menonton anime action di sela kegiatannya bermain game, yang
membuatnya bertindak seperti itu. Karena di dalam anime action itu, tak
jarang, ada saja pahlawan atau tokoh sampingan yang menyerang musuhnya
dengan menutup matanya. Yah bisa saja di bilang kerennya mata hati
katanya.
Di tengah keadaan gagal itu, dengan cepat
tentacle itu melumat Rain yang berada di dekatnya. Sehingga di dalam
keadaannya, Rain menjatuhkan pedangnya jauh berada di bawah, dan ikut
terbawa naik ke atas bersama dengan tarikan tentacle itu.
“Ternyata ini tidak berkerja di dunia ini..” pikir Rain.
Melihat keadaan Rain, Crown tertawa dengan lantangnya. Meskipun setelah itu Crown kembali merintih dengan desahan anehnya.
“Aaah.. tidaak, jangaan.. jangan..” desah Crown.
“Sial, bagaimana ini?!” pikir Rain di tengah keadaan itu.
Namun di tengah keadaan yang mencemaskan itu.
“Luna, Transform!” teriak sesorang dari bawah di dalam keadaan itu.
“Yes, Mom!” balas seseorang menyahutnya.
Seketika
di tengah keadan itu, Rain segera memandang dimana suara itu berasal.
Di bawah dia bisa melihatnya, seorang wanita cantik setengah baya,
dengan seorang gadis belia yang terlihat sebaya seperti Rain dan Crown.
Memang
bukan saatnya memperhatikan orang, itulah yang dipikirkan Rain ketika
memandang mereka. Namun menurut Rain tidak ada salahnya memperhatikan
mereka. Karena bisa saja mereka membantu di dalam keadaannya, atau pun
menyulitkannya.
Namun Rain dikejutkan kembali ketika
memandang mereka dari kejauhan itu. Kini seorang wanita yang menyahut
panggilan itu diselubungi oleh cahaya pekat, dan seketika..
Wanita itu merubah dirinya menjadi sebuah pedang.
Pedang yang sangat indah dan menawan.
Lalu
seketika, setelah melakukan perubahannya itu, wanita yang
memerintahkannya mulai menggenggam pedang itu dan berlari mendekati
monster yang menangkap mereka. Dia berlari dengan sangat cepat, seolah
bersiap membereskan gangguan yang berada di dalam jangkauan Rain dan
Crown.
Dengan lompatannya yang lumayan tinggi dan sangat
lincah, wanita itu melayang tepat di dalam pandangan Rain. Lalu seketika
di dalam keadaan itu, wanita itu sudah mengayunkan pedangnya dan
berhasil memotong setiap tentacle yang sejak tadi terus mengikat dan
menahan pergerakan Rain.
Awalnya hanya Rain yang terjatuh
di dalam keadaan itu. Namun ternyata selang beberapa saat di dalam
keadaanya, Rain dikejutkan dengan jatuhnya Crown yang berhasil mendarat
dan jatuh tepat di atas tubuhnya.
Crown terjatuh tepat di tubuhnya,
dengan pakaiannya yang hampir tak terlihat.
“Urgh..“ rintih Rain di dalam posisinya itu.
Namun pada saat Rain berhasil memandang Crown..
“HUAAAAAH!!” teriak Rain seraya menjauhkan diri dari tubuh Crown dan membalikan punggungnya tepat di hadapannya.
Tapi
ternyata Crown ini memang benar-benar senang mengerjai Tuannya. Tak
jera, di dalam situasi Rain yang cemas dan malu itu, Crown menggodannya
dengan menempelkan kedua buah dadanya tepat di punggungnya.
“Ada apa, Tuan? Mengapa kau mengalihkan pandanganmu?” goda Crown di dalam keadaan Rain.
“Hentikan Crown! Hentikan..” ucap Rain berusaha untuk menghentikan tindakan Crown itu.
“Kenapa, Tuan? Apa kau tidak menyukaiku? Atau ini terlalu kecil untukmu?” tanyanya.
Tubuh
Rain bergetar di dalam keadaannya, wajahnya memerah, diikuti dengan
wajahnya yang penuh keringat. Belum lagi sekarang punggungnya menyentuh
suatu hal yang hanya dimiliki oleh Crown, jadi wajar saja. Mungkin Rain
belum terbiasa dengan situasi yang mengoda seperti ini, mungkin.
Karena
sudah merasa tak tahan, terlebih lagi keadaan ini sangat menggangunya
dan membuatnya takut, akhirnya dia berteriak dengan kencangnya..
“SUDAAAAH HENTIIIIKAAANN!” teriak Rain di dalam keadaannya.
Namun di sela teriakan itu..
“Hyahaha..” tawanya, “reaksi yang sangat bagus, Tuan.”
Tapi di sela kesenangan mereka..
“Hei, kalian! Apa yang kalian lakukan di sini?” ucap seorang wanita yang mendekati mereka.
Sejenak
di dalam keadaan Crown yang memandangnya, Rain tercengang dengan
pemandangan yang ada di belakang wanita itu. Tentu saja, karena di
belakang wanita itu terlihat sebuah serpihan data yang terurai bersama
dengan udara.
“Tidak mungkin..” pikir Rain.
“Bagaimana ia bisa melenyapkannya secepat itu?”
Baru
saja berlalu beberapa menit di dalam keadaannya, wanita itu sudah
berhasil melenyapkan monster tentacle yang sejak tadi menjadi gangguan
untuk mereka. Masih dengan ekpresi wajahnya yang penuh ketidak
percayaan, Rain memandang wanita itu.
“Bagaimana mungkin..” pikir Rain.
Rain
memandang wanita itu dengan penuh kecemasan, tentu saja karena wanita
itu bisa saja menghabisinya dengan mudah bersama dengan Crown di dalam
keadaan ini.
Namun yang dipikirkan Crown malah sebaliknya.
“Aku adalah Crown, dan dia adalah Rain!” jawab Crown dengan senyuman hangat.”
“Hei Crown, hei-hei!” tegur Rain di dalam perkataannya.
Sejenak
di dalam perkataan Rain, wanita itu memandang mereka. Dengan tatapan
matanya yang tajam, dia memandang mereka dan berkata..
“Apa yang kalian lakukan di sini?” tanyanya tanpa mengubah sedikit pun sorot matanya.
Mendengar
perkataan itu membuat Rain menjadi cemas. Tentu saja karena wanita itu
terus menatapnya dengan sorot mata yang tajam bersama dengan Crown.
Dan lagi-lagi,
Crown menjawabnya dengan nada yang riang,
santainya.
“Kami
sedang mencari jalan keluar dari dalam hutan ini, dan ingin bersinggah
di dalam kerajaan MOONFORD!” jawab Crown dengan ekspresi hangatnya.
Sejenak
wanita itu tertegun di dalam perkataannya. Mungkin karena Crown
terlihat aneh di matanya, karena menjawabnya tanpa keraguan sedikit pun
dengan ekspresi yang hangat.
Sementara Rain masih memandang wanita itu dengan ekspresi cemasnya dan penuh dengan pertanyaan.
Namun perkataan Crown berhasil meyakinkannya.
“Baiklah, kurasa aku bisa mempercayaimu,” jawabnya dengan sebuah senyuman.
Di
dalam keadaannya, Rain menghela nafasnya sejenak. Tentu saja kedatangan
wanita ini sangat mencemaskannya, belum lagi ia tidak tahu apa maksud
tujuan wanita ini membantu mereka di dalam keadaannya.
Namun di tengah pemikiran Rain itu,
kembali wanita itu melakukan tindakan yang membuatnya tercengang.
“Luna, Return,” ucapnya.
Lalu
seketika di dalam perkataan itu, terjadilah hal yang mengejutkan di
dalam pandangan mereka. Perlahan pedang yang di genggamnya itu
mengeluarkan cahaya yang sangat pekat..
Membuat Rain terpukau,
dan terpanah di dalam keadaannya.
Cahaya
itu perlahan mulai mengubah wujudnya. Sedikit demi sedikit namun pasti,
pedang itu mulai mengubah wujudnya di dalam cahaya itu dan menjadi
seorang gadis sebaya seperti Crown dan Rain.
Lalu dengan sebuah senyuman ramah, setelah berhasil mengubah wujudnya dan cahaya itu menghilang, gadis itu berkata..
“Maaf membuat kalian terkejut!” ucapnya.
Di
dalam keadaan itu, gadis itu memandang wajah mereka, namun berbeda
dengan wanita itu. Gadis itu sangat terlihat riang dan ramah. Dan
setelah memastikan wajah kami, wanita itu berkata..
“Perkenalkan, aku adalah LUNA!” ucapnya dengan wajah yang sangat riang.
“Salam kenal!”
Artania - Find and Feel The Sensation
Chapter 04 - END
To be continued Chapter 05 - Sword of Rebellion
- Next Chapter: To see the next chapter click here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar