Author: Valdo L Finz
Genre: Fantasy, Adventure, Action, Romance, Ecchi, Comedy.
Main Menu: Click Here!
Prev chapter: Click Here
ARTANIA
Chapter 06
Hard Training
“Aku harus mengingat dengan baik dan mencoba menggunakannya..” gumam Rain.
Di
dalam keadaan heningnya, Rain mulai memejamkan matanya. Hal itu
dilakukan untuk meningkatkan daya konsentrasi pada latihan yang sedang
diterapkannya pada saat ini.
“Fokus..”
Namun,
di tengah kosentrasi Rain yang semakin menjadi itu..
“Raiiin!” teriak Luna, menghilangkan semua konsentrasi Rain.
Tersentak dengan panggilan Luna,
Rain terjatuh dalam posisinya.
Seminggu telah berlalu semenjak insiden itu terjadi. Namun tak sedikit pun Rain bisa melupakannya.
Melupakan kejadian itu.
Meskipun
sekarang Luna telah kembali menjadi wanita yang ceria seperti biasanya,
tetap saja.. ada perasaan bersalah di dalam hati Rain ketika
mengingatnya.
“Andai aku bisa lebih kuat pada waktu itu..” pikir Rain dengan perasaan menyesal.
Memang,
hal itu sangat membekas dipikirannya. Karena di saat itu, Rain tidak
bisa membantu Eartha. Terlebih lagi Rain hanya bisa berlari dan
meloloskan diri tanpa bisa melakukan apa pun.
Namun
semenjak kejadian itu, Rain terus berusaha melatih pergerakan tubuhnya
bersama dengan pedangnya dalam kesehariannya. Meskipun terkadang semua
itu membuat Rain lelah..
Lelah dan terlihat melelahkan.
“Kau lagi..” jawab Rain dengan nada kesalnya seakan kedatangan Luna sangat menganggunya, “mengapa kau datang ke sini?”
“Itu karena aku adalah istrimu!” teriak Luna menjawab perkataan Rain dengan ekspresi cerianya.
Rain
tersentak mendengar perkataan Luna. Wajar saja karena meskipun singkat,
perkataan Luna yang satu itu sangat mengerankan, terlalu tiba-tiba dan
membuatnya bertanya-tanya.Masih dengan raut wajahnya yang terlihat
heran. Tanpa mengalihkan pandangan darinya, ia memandang Luna dengan
tatapan anehnya.
“Yah ampun.. anak ini..” pikir Rain ketika memandangnya dengan wajah yang lelah.
“Dimana kau belajar itu?” tanya Rain dengan ekspresi herannya.
Tapi di tengah keadaan yang cukup membuat Rain lelah itu, kembali sesuatu yang menyebalkan datang menghampirinya.
Crown datang dan mendekatinya.
“Selamat siang, Tuan!” sapa Crown di dalam pembicaran mereka.
“Menyebalkan..” pikir Rain ketika memandang kehadirannya.
Dengan
langkahnya yang santai, perlahan Crown mulai mendekati mereka. Meskipun
kedatangannya itu tak lansung disambut dengan hangat oleh Rain.Dan di
saat Crown berhasil beranjak di dalam jangkauan mereka, dengan ekspresi
kesalnya, Rain berteriak..
“KENAPA KALIAN BERDUA SELALU MENGGANGGUKU!!” teriak Rain kepada mereka.
Namun menanggapi perkataan Rain yang terlihat marah itu,
Crown tertawa dengan ekpresi riangnya.
Dasar bug aneh!
“Hyahaha!” tawa Crown di sela perkataan Rain, “jangan mudah marah, Tuan!”
Masih
dengan segudang kekesalannya, Rain memandang mereka dengan sorot
matanya yang menyebalkan. Tentunya bagi Rain yang sedang berlatih dengan
pedangnya, menerima kedatangan seseorang di sekitarnya adalah hal yang
sangat mengganggu dan merepotkan.
Namun sepertinya ekspresi wajah hangat dari Crown sedikit meredahkan kekesalan Rain dan membuatnya merasa bersalah.
Sejenak Rain tertegun di dalam perkataan Crown itu. Mungkin Rain berpikir memang reaksinya terlalu berlebihan menanggapi mereka.
Namun ternyata pemikiran Rain salah.
Tak ada sedikit pun maksud dari Crown untuk menegurnya.
Kembali
di dalam keadaan Rain, Crown memulai keahlihannya. Sepertinya sikap
Tuannya itu sangat menarik perhatiannya, sampai-sampai ia tak
segan-segan untuk menggodanya.
“Sebenarnya kau senang ada gadis muda di sini’kan, Tuan?” goda Crown di tengah ketertegunan Rain.
“JANGAN MENGATAKAN HAL YANG BISA MEMBUAT ORANG SALAH PAHAM! BODOH!” balas Rain kepada Crown.
Namun di tengah reaksi kesalnya,
Rain tersentak.
“Jadi kau orangnya..” ucap Rain dengan sorot matanya yang tajam, “kau yang mengajari Luna dengan kata-kata tidak senonoh itu?!”
Crown
hanya tersenyum ketika mendengar perkataan itu. Tersenyum dengan
ekspresi wajahnya yang polos, seolah ia tidak pernah melakukan tindakan
apa pun.
Rain menghela nafasnya..
Sepertinya sikap mereka berdua sangat membuatnya lelah.
“Dengar, kalian harus lebih cermat sekarang!” ucapnya di dalam sikap mereka.
Tetapi kembali, di tengah keadaan itu, Crown tersenyum dengan sikapnya yang menyebalkan dan berkata..
“Menceramahi kami tidak ada gunanya, Tuan!” ucap Crown di dalam perkataannya.
“Ya, itu benar!” balas Luna spontan di dalam perkataan Crown.
Entah
apa yang dipikirkan Luna, Rain pun tidak mengerti. Sepertinya Luna
terlalu sering mendengarkan perkataan Crown yang membuat sikapnya
seperti itu.
“Kau hanya menghafal kata-kata yang kukatakan, kan?” tanya Crown di sampingnya.
“Ya, tidak ada orang yang mengajariku,” jawab Luna kepada Crown.
“Kau juga harus lebih cermat, Tuan..” sindir Crown dengan pandangan matanya yang mengejek.
Namun kenyataannya,
tak sedikit pun mereka memperdulikan perkataan Rain.
“Ya ampun..” pikir Rain.
“Sudah kubilang, bahasa yang kau gunakan itu..” balas Rain kepada Crown.
Belum sempat Rain meneruskan perkataannya, Crown dan Luna sudah mendekati pedang yang berada di sampingnya.
Membuatnya tertahan sejenak di dalam perkataannya,
dan memandang tingkah laku mereka.
“Wah,
jadi ini pedang unik yang kau ceritakan itu, Master?” tanya Luna kepada
Crown sambil mengalihkan pandangannya menuju pedang Rain.
“Benar, ini pedang Tuan yang kubicarakan itu!” jawab Crown di tengah perkataan Luna.
“Mereka mengabaikanku..” pikir Rain.
Memang
sejak berbicara dengan Crown tadi, saat menceramahi mereka, Rain
menaruh pedangnya dan menyandarkannya begitu saja di pohon yang ada di
sampingnya.
“Baiklah, sekarang lekaslah kalian berdua
pergi,” ucapnya masih dengan ekspresinya yang kesal, “aku harus berlatih
dan membiasakan diri menggunakan pedang ini.”
Sekali lagi dan telah berkali-kali,
Mereka tetap mengabaikan Rain dan melakukan apa pun yang diinginkannya.
Di
tengah himbauan Rain, Crown sudah mengayunkan pedang Rain. Tentu saja
aksinya itu membuat Luna terpukau di dalam pandangannya.
“Kau hebat master!” teriak Luna kepada Crown, “aku sarankan, sebaiknya kau yang menggunakan pedang itu!”
“Jangan bicara tentang aku harus menggunakan pedang ini,” jawab Crown kepada Luna, “aku kan sudah punya kamu, Luna.”
“Ya ampun, mereka ini..” pikir Rain.
Sambil
memegang keningnya, Rain memperhatikan Crown yang sedang mencoba
mengayunkan pedangnya. Memang sikap mereka itu sangat membuat Rain kesal
beserta Lelah. Tentu saja, karena sejak tadi, tak sedikit pun mereka
menanggapi perkataan Rain, apalagi memperhitungkan keberadaannya.
“Kau mungkin lebih baik dari Rain, Master!” teriak Luna di tengah aksi Crown yang berhasil mengayunkan pedangnya.
“Yah, mungkin menggunakan pedang ini terlalu mudah!” balas Crown di tengah teriakan-teriakan Luna.
Lalu sampailah dimana batas kesabaran Rain telah habis.
“KEMARIKAAAN!” teriak Rain kepada mereka.
Dengan
sangat kencang beserta ekspresinya yang sangat kesal, Rain berkata
seperti itu kepada mereka. Memang perkataan Rain itu membuat Crown dan
Luna tersentak serta berhenti sejenak dalam sikapnya.
Lalu di tengah reaksinya itu, Rain mengambil pedang yang ada di dalam genggaman tangan Crown dan berkata..
“Jangan meremehkan aku!” ucapnya dengan ekpresinya yang masih terlihat kesal.
Seketika
di dalam perkataannya, Rain mulai mengayunkan pedangnya berkali-kali di
hadapan mereka.Pertama-tama memang gerakannya sedikit lambat. Namun
seiring berjalannya waktu, gerakannya semakin lihai dan bertambah cepat.
Rain
mulai memperlihatkan gerakan-gerakan satu-persatu, sebuah pola serangan
yang dilatihnya selama seminggu ini. Tak kalah hebatnya, ia
memperlihatkan sebuah gerakan-gerakan tangan dan kakinya yang lincah di
tengah aksinya itu.
Menanggapi aksinya itu, dengan
ekspresi kagumnya dan terlihat terpukau, Crown dan Luna terus
memandangnya tanpa berkedip sedikit pun. Sepertinya aksi Rain itu
terlihat sangat bagus di dalam pandangan mereka, sampai-sampai mereka
tertegun dan terperangah memandang Rain.
“Kalian lihat!” ucap Rain setelah menghentikan gerakannya, “itu baru cara penggunaan pedang yang benar!”
Dengan ekspresi wajahnya yang hangat,
Crown mengungkapkannya..
“Luar biasa!” teriaknya kepada Rain.
Namun itu tak berlaku untuk Luna setelah Rain menghentikan gerakannya.
“Tapi aku tidak mengerti!” ucapnya kepada Crown sambil mengalihkan pandangan dari Rain.
“APAAA?!” teriak Rain di dalam perkataan Luna.
“Ya, aku juga tidak mengerti!” jawab Crown kepada Luna.
“Sungguh melelahkan..” pikir Rain dengan wajah lelahnya.
Namun di tengah perasaan kecewanya itu,
Luna membalasnya dengan ekspresi yang hangat.
“Ini adalah tehnik pedang yang harus kita latih!” teriaknya kepada Crown, “ayo kita minta Rain untuk mengajarinya!”
Tak kalah hebatnya,
Crown membalas Luna dengan ekspresi riangnya.
“Ide bagus!” balas Crown di tengah perkataan Luna, “jika belajar dari Tuan, kekuatan yang besar bukan lagi hanya sebuah mimpi!”
Seketika
dengan raut wajahnya yang terlihat bangga, Rain tersenyum memandang
mereka. Sepertinya sikap Crown dan Luna membuat rain terbuai.
“Jadi, tolong bantu kami, Tuan!” teriak Crown kepada Rain.
“Baiklah, serahkan padaku!” balas Rain di tengah perkataan mereka.
Namun ternyata Rain menyesalinya.
“Baik, kita akan kembali dua jam lagi!” jawab Crown kepada Rain.
“Bye!" lambai Luna di tengah keberanjakannya bersama dengan Crown.
“Sial! apa yang telah aku lakukan?!” gumam Rain seakan menyesal dengan semua perkataannya.
Setelah itu, Crown dan Luna mulai meninggalkan Rain. Namun sebenarnya itu adalah hal yang diharapkan sejak tadi oleh Rain.
Lalu
di tengah situasi yang kembali menjadi tenang itu, Rain memanfaatkannya
dengan memejamkan matanya dan meningkatkan kosentrasinya.
“Fokus..”
Ternyata tetap saja ada yang menganggunya.
“Rain!” teriak Luna kepada Rain.
Rain
terjatuh di dalam posisinya sambil menggenggam pedangnya. Tentu saja
teriakan dari Luna itu sangat membuatnya terkejut dan tersentak di dalam
keadaannya.
“MENGAPA KAU KEMBALI KE SINI!” teriak Rain.
Baru
saja Rain berhasil menenangkan seguduk kekesalannya, kembali Luna
datang dan mengganggunya. Membuatnya berteriak kencang dan kembali
menjadi kesal di dalam keadaannya.
“Aku ingin melihat latihanmu kembali!” jawabnya dengan ekspresi riang.
“Kau tahu, aku tidak punya waktu untuk berbicara!” jawab Rain dengan nada ketusnya, “pergilah sana!”
Lalu
di tengah sikap Rain yang terlihat kesal itu, perlahan Luna mulai
menundukan kepalanya dengan ekpresi wajahnya yang terlihat sedih. Entah
mengapa Luna bertindak seperti itu, Rain pun tidak mengetahuinya.
Namun satu hal yang pasti, sikap Luna itu membuat Rain tergerak dan meredahkan semua kekesalannya untuk sementara waktu.
“Baiklah! baiklah!” jawab Rain kepada Luna.
Akhirnya,
karena merasa luluh dengan sikap Luna, Rain membiarkan Luna melihat apa
yang dilakukannya. Meskipun semua itu membuatnya tidak nyaman di dalam
keadaannya.
Wajar saja, karena tentunya bagi siapa saja
yang ingin berkosentrasi, kehadiran seseorang adalah hal yang sangat
menganggu. Terlebih lagi tidak enak bukan mengabaikannya begitu saja?
Itulah yang dipikirkan Rain ketika melihat Luna.
Tapi
tidak ada waktu untuk ragu, begitulah menurutnya. Maka dari itu, di
tengah keadaan Luna yang memperhatikannya, Rain kembali memusatkan
pemikirannya kepada hal yang ditujunya.
“Fokus.. Fokus..” pikir Rain.
“Jika diabaikan, Luna akan pergi..”
Sejenak
Rain mulai merasa tenang di dalam keadaannya. Tentunya itu karena pada
saat ini Luna tidak berbicara sepatah kata pun atau menganggunya.
Namun itu barulah permulaan dari ketenangan Rain,
Sebelum masalah baru datang menimpanya.
“Kyaaa!!” teriak Luna di tengah keadaan hening itu.
Seketika
Rain mulai membuka matanya dan mengalihkan pandangannya kepada Luna.
Namun sayang, ketika Rain melakukan reaksi itu, Luna telah terseret dan
terbawa cukup jauh di atas bersama dengan tubuhnya yang sudah terikat
oleh akar pepohonan.
“Ini, kan?” pikir Rain.
“Raiiin, tolong aku!!” teriak Luna kepada Rain.
Sekarang
di dalam pandangan Rain, terdapat sesosok monster pohon yang sangat
mengerikan. Perlahan namun pasti, monster itu mulai menunjukan sosoknya
yang berbeda di antara pepohonan lainnya.
Dengan semak
belukar yang ada di sisinya, monster itu mengikat Luna dengan
kencangnya. Membuat luna tak bisa bergerak di dalam posisinya, apalagi
melawan.
Ternyata sejak tadi, monster itu sudah menunggu kesempatan untuk menyerang mereka dengan menyatu di antara pepohonan.
Tapi
sekarang bukan saatnya untuk memikirkan itu, itulah yang dipikirkan
Rain ketika memandangnya. Lalu dengan gerakan kakinya yang cepat dan
lompatan yang tinggi, Rain bersiap mengayunkan pedangnya dan
menghancurkan monster yang berada di dalam jangkauannya itu.
***
“Aku melupakan sesuatu!” gumam Crown sambil berlari menuju dimana tempat Rain berada.
Dengan sebuah langkah kecilnya, Crown mulai beranjak menuju tempat dimana Rain berada. Namun ketika sesampainya di sana..
Crown terkejut,
Ketika melihat keadaan Luna yang terikat bersama dengan balutan akar pepohonan.
“BDSM..” ucap Crown dengan ekspresi wajahnya yang terlihat seperti melihat orang menjijikan.
“TIDAK! BUKAN ITU!” teriak Rain di tengah keadaannya yang berusaha untuk membebaskan Luna dalam ikatannya.
Lima
belas menit telah berlalu semenjak Rain berhasil mengalahkan monster
pohon itu. Memang akibat perbuatannya itu, kini LP Rain semakin
berkurang dan membuatnya semakin lelah.
Namun tetap saja perbuatannya itu disalah artikan oleh Crown ketika melihatnya menolong Luna yang terjerat dalam ikatannya.
Setelah berhasil membebaskan Luna dan menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada Crown, Rain mulai berkata dengan tegasnya..
“Ingat, kalian jangan datang lagi!” bentaknya kepada mereka.
Tapi
sepertinya perkataan Rain kali ini ditanggapi dengan baik oleh
keduanya. Sesaat setelah Rain mengungkapkan perkataan itu, dengan raut
wajahnya yang terlihat menyesal, mereka mulai meninggalkan Rain di dalam
keadaan lelahnya.
Namun setelah mereka meninggalkannya..
“Ini buruk..” gumam Rain, “aku merasa pusing.”
Lalu seketika di dalam keadaannya, Rain terjatuh pingsan dengan keadaannya yang lemas dan tak berdaya.
Dua jam setelahnya..
“Raiiin!! Rain!!” teriak Luna dengan lariannya, ketika melihat keadaan Rain yang terbaring di tanah.
Sementara
Crown hanya memandang Rain dengan ekspresi wajahnya yang biasa, seolah
keadaan Rain bukanlah suatu hal yang mengkhawatirkan untuknya. Mungkin
Crown sudah terbiasa melihat keadaan Rain yang seperti ini.
“Sudahlah
Luna, hentikan teriakanmu itu..” jawab Crown setelah berhasil mendekati
Luna yang berada di sisi Rain, “Tuan baik-baik saja.”
“Tapi mengapa dia seperti di ambang kematian?” tanyanya masih dengan ekspresi cemasnya.
Memang
semenjak melihat Rain, Luna tak henti-hentinya memandangnya dengan
ekspresi cemasnya. Tapi itu berbeda dengan Crown ketika memandangnya.
Tak
ada sedikit pun kecemasan atau kekhawatiran yang terpancar di raut
wajah Crown. Itulah yang membuat Luna bertanya-tanya di dalam
kekhawatirannya.
“Dia selalu seperti itu setiap harinya,”
jawab Crown kepada Luna, “dia sudah mempelajari dan berlatih dengan
banyak skill untuk melawan Hades, tentunya pasti itu sangat menguras LP
nya.”
“Belum lagi beberapa jam yang lalu dia menolongmu bukan? Jadi wajar saja!” jelasnya dengan sebuah senyuman.
Mendengar
penjelasan Crown yang begitu jelas membuat Luna tenang di dalam
keadaannya. Memang sebelumnya Luna tidak pernah melihat keadaan Rain
yang seperti ini di dalam beberapa minggu yang telah dilewati
bersamanya.
Kemudian Luna mulai menjauhkan diri dari sisi
Rain dan mulai mengalihkan pandangannya ke arah Crown. Lalu secara
serempak, mereka mulai menjauhkan jaraknya dari Rain dan memandang
sekitar dengan seksama.
Sepertinya untuk kali ini, Luna dan Crown tidak ingin mengganggu Rain dan membiarkannya untuk beristirahat.
“Sepanjang
hari, yah?” ungkap Luna di dalam padangan matanya yang menengadah
sekitar, “aku juga seperti itu sebelumnya di kerajaan.”
Mendengar perkataan Luna, Crown mulai mengalihkan pandangannya ke arahnya. Sepertinya perkataan Luna cukup menarik perhatiannya.
Namun
tetap saja Crown terdiam tanpa sedikit pun membalasnya. Ia tetap
terdiam sambil memperhatikan wajah Luna yang berada tepat di sampingnya.
Tapi
ternyata sikap Crown itu tidak membuat Luna enggan untuk berbicara
kembali kepadanya. Masih dengan perkataan demi perkataan, Luna
mengungkapkan hal itu kepada Crown.
Masa lalunya.
“Kau
tahu, Master?” ucapnya kepada Crown tanpa mengubah arah pandanganya
pada sekitar, “perbedaan antara aku dan orang berbakat, meski berusaha
keras, hasilnya tidak akan sama.”
Sejenak Crown mulai menghela nafasnya di dalam keadaannya. Kemudian setelah berhasil menghela nafasnya..
Dengan ekspresinya yang hangat,
Wajahnya yang tenang,
Crown mengungkapkannya..
“Luna, kau tahu apa itu berbakat?” tanyanya kepada Luna.
Seketika
di tengah pertanyaannya itu, Luna mulai mengalihkan pandangan dan
melihatnya. Namun masih dengan segudang perkataan di pikirannya, Luna
mengungkapkannya dengan lugas.
“Itu ketika orang bisa
melakukan apa saja dengan mudah, sementara orang sepertiku tidak bisa
melakukan apa-apa meski telah berusaha keras,” jawabnya kepada Crown.
Setelah
itu, Luna terdiam di dalam keadaannya. Tak hanya itu, sekarang Luna
terlihat dengan ekspresi wajahnya yang menyedihkan.Namun menyikapi hal
itu, masih dengan sikap tenangnya..
Crown mengungkapkan perkataan yang membuat Luna tersentak di dalam keadaan sedihnya.
“Kau terus gagal mendapatkan unique skill meski sudah berusaha keras bukan?” ungkapnya kepada Luna.
Luna tersentak mendengar perkataan Crown. Tentu saja perkataan Crown itu sangat membuatnya bertanya-tanya.
“Darimana Master tahu hal itu?” tanya Luna.
“Hyahaha.. aku merasa seperti bekerja keras juga,” balasnya di tengah perkataan Luna.
Tapi
perkataan Crown tak lantas begitu saja menjawab semua keheranan Luna
yang ada di dalam benaknya. Masih dengan sebuah pertanyaan, Luna
mengungkapkannya.
“Siapa yang memberi tahumu, Master?” tanyanya.
“Aku
tahu itu,” jawabnya kepada Luna dengan sebuah senyuman, “bukankah kau
mengetahuinya? Bahwa aku ini adalah gadis Cyber ber-intelegensi
tinggi!”
“Tidak ada yang bisa mengalahkanku dalam hal itu,” ungkapnya mengakhiri penjelasannya.
Namun
tak sedikit pun Luna merasa senang atau terhibur dengan perkataan
Crown. Masih dengan ekspresi sedihnya, ia terdiam sambil menundukan
kepalanya di dalam pandangan Crown.
Lalu karena hal itulah, pada akhirnya Crown memutuskannya..
Crown menarik tangan Luna dan membawanya berlari memasuki hutan yang ada di sekitarnya.
“Hei, Master!” teriak Luna, tersentak dengan tindakan Crown.
Seketika
di tengah keadaan itu, mereka mulai memasuki hutan yang tak jauh dari
tempat dimana Rain berada. Tapi sesungguhnya, Luna tak mengerti apa
maksud Crown membawanya masuk ke dalam hutan ini.
“Aku yakin ada di sekitar sini..” ucap Crown kepada Luna sambil berusaha mencari sebuah tempat.
“Hei, master!” ucapnya di tengah tindakan Crown itu, “apa yang kau maksud..”
Belum saja Luna berhasil menyelesaikan perkataannya, ia sudah dikejutkan dengan pemandangan yang berada di sekitarnya.
Tersentak memandang sekelilingnya.
Saat
ini di dalam pandangannya, terdapat berpuluh-puluh pepohonan yang telah
tumbang berserta dengan goresan-goresan sayatan yang sangat besar.
“Ada apa dengan pepohonan di sekitar sini, Master?” tanyanya kepada Crown.
Lalu menyikapi pertanyaan Luna,
Crown menjawab dengan hangatnya.
“Tuan
mengatakan, dia masih belum mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya
puas,” jelas Crown kepada Luna, “karena Tuan kurang berbakat, meski dia
telah berlatih banyak hal.”
Sambil memperhatikan pohon
yang telah tumbang di hadapannya, Crown menjelaskan semua itu kepada
Luna. Mungkin hal itu dimaksudkan untuk menghibur Luna di tengah
keadaannya yang telihat sedih itu.
“Aku pikir Tuan itu hebat, jadi aku tidak seberapa peduli tentang apa itu berbakat,” jelasnya dengan senyuman kepada Luna.
Seketika
di tengah perkataan Crown, Luna mulai mengingatnya satu persatu.
Mengingat semua kejadian yang telah dilaluinya dahulu bersama dengan
Eartha.
“Aku sudah banyak belajar, aku rasa ini sudah cukup!” ucapnya kepada Eartha.
“Lalu apa yang akan kau lakukan? Kau akan berlatih skill lain lagi sebelum kau mendapatkan unique skillmu itu?” tanya Ertha.
“Yah, mulai sekarang aku akan mencoba skill lain,” jawab Luna.
“Kau melakukan semuanya setengah-setengah yah..” eluh Eartha dengan wajahnya yang terlihat lelah.
“Aku melakukan semuanya setengah-setengah, itulah kenapa aku gagal mendapat unique skill..” ucap Luna dengan nadanya yang pelan.
“Luna?” ucap Crown tersentak dengan perkataannya.
Tersentak dengan perkataan Luna, Crown memandangnya. Tapi kini berbeda, itulah yang dilihatnya ketika memandangnya.
Sepertinya sekarang Luna sudah mengerti tentang apa yang dimaksudkan oleh Crown.
“Master, jika dipikir-pikir, Rain memiliki bakat..” ungkapnya kepada Crown.
“Jadi sekarang kau mengerti apa itu berbakat, Luna?” tanya Crown dengan senyumannya.
“Tidak, aku tidak sepenuhnya mengerti..” balasnya kepada Crown.
Menanggapi
sikap Luna, Crown tertawa dengan riangnya. Entah mengapa.. sepertinya
Crown berusaha untuk membuatnya bersemangat dengan tawanya.
“Begitu yah, dasar kau ini.. hyahaha..” ucap Crown dengan tawanya.
“Ingatlah, mampu bekerja keras adalah bakat terbaik!” jelasnya dengan sebuah senyuman.
Seketika
di tengah perkataan Crown itu, Luna mulai meneteskan air matanya.
Mungkin perkataan Crown itu meluluhkan hatinya, atau mungkin sebaliknya.
“Oh! Luna, kau menangis.. kau baik-baik saja?” tanya Crown dengan ekspresi cemasnya.
“Tidak, aku tidak menangis!” balas Luna kepada Crown sambil berusaha mengusap air matanya dengan lengan kanannya.
“Bohong! kau pasti menangis!” ucap Crown kepadanya sambil mendekatinya.
“Jangan melihatku..” usirnya ketika Crown berusaha untuk melihat wajahnya.
Namun di tengah kesedihannya itu, Crown berusaha untuk menghibur dan menenangkannya.. dengan..
Menjilat lehernya.
Di
saat bersamaan, di tengah keadaannya yang sedang menangis, Crown mulai
mendekatinya dan menjilat leher Luna yang berada di dalam
pandangannya.
“Uwaaah!!” teriak Luna tesentak dengan tindakan Crown sambil beranjak menjauh, “mengapa kau menjilat leherku, Master?!”
Membuat Luna tersentak,
dan terhenti di dalam tangisannya.
“Hyahaha..” tawa Crown di dalam ekspresi wajah Luna yang terkejut, “aku berusaha untuk menggoda dan menghiburmu, hanya itu!”
“Hah?! Mengapa?!” tanya Luna masih dengan wajahnya yang terlihat heran.
“Ini adalah bakatku!” jawab Crown dengan ekspresi banggannya, “tak ada yang bisa mengalahkanku dalam hal ini!”
“Itu bakat, kan?” ucapnya dengan senyuman.
“Entahlah..” jawab Luna dengan nadanya yang ragu.
“Jika
berusaha keras, tidak ada yang bisa mengalahkanmu,” ungkap Luna kepada
Crown dengan wajahnya yang kembali ceria, “itu mungkin bakat.”
***
“Urgh..” ucap Rain di dalam keadaannya.
Tersadar
dengan keadaannya Rain mulai memandang keadaan yang ada di depannya.
Namun saat memandangnya, Rain sedikit terlihat heran karena kini hari
sudah menjadi malam.
“Sudah berapa lama aku tertidur?” pikir Rain menanggapi situasi itu.
Rain berusaha untuk bangkit dalam posisinya, dengan menjadikan tangannya sebagai pijakan awal untuk bangkit berdiri.
Namun
pada saat melakukan itu, salah satu siku kirinya menyentuh sesuatu yang
sangat hangat di belakangnya. Memang benda itu sangat lembut dan
kenyal, itulah yang dirasakan ketika menyikutnya.
Tapi
bukannya Rain lansung menengok ke belakang, malahan ia mencoba meraba
dan memegangnya dengan tangan kanannya sejenak di dalam keadaannya.
“Apa ini?!” pikir Rain.
“Terasa lembut sekali..”
Memegangnya..
Sampai-sampai membuat suara seseorang yang menegurnya.
“Akhirnya kau sadar juga, Tuan..” tegur Crown yang berada tepat di belakangnya.
“UWAAAH!!” teriak Rain.
Dengan
cepat di tengah keadaan itu, Rain melompat dalam keadaannya. Begitu
terkejutnya, sampai-sampai ia gugup ketika mengungkapkan perkataannya.
“SEE..JAAK.. KAA..PAN AKU ADA DI DALAM PANGKUANMU?” tanyanya dengan raut wajahnya yang gugup dan cemas.
“Sejak tadi, hingga pada saat kau menyentuh dan meraba dadaku,” jelasnya dengan ekspresi wajahnya yang riang.
“Apa dia tidak merasa dilecehkan?!” pikir Rain.
Tentu saja,
karena menurut Rain hal itu bukanlah suatu hal yang menyenangkan.
Sejenak
Rain menarik nafasnya. Hal itu dilakukannya untuk menenangkan
pikirannya. Setelah berhasil menenangkan dirinya akan peristiwa yang
baru saja terjadi, Rain mulai bertanya kepadanya..
“Dimana pedangku?” tanyanya kepada Crown.
Tapi bukannya Crown menjawab pertanyaan Rain, ia malah melarangnya. Sepertinya Crown cukup peduli tentang keadaan Rain.
“Tidak boleh..” larangnya di tengah perkataan Rain.
Namun
semua perkataan Crown tak membuat Rain lantas bungkam begitu saja.
Masih dengan alasan-alasan dan perkataan demi perkataan, Rain
mengungkapkannya.
“Mengapa tidak?” tanya Rain, “Kau tahu? Aku sudah menunggunya untuk kembali berlatih.”
Tapi tetap saja tak sedikit pun Crown merubah pendapatnya.
Tetap melarangnya.
“Tidak boleh..” ucapnya masih melarang Rain, “Tuan pingsan karena terlalu banyak berlatih!”
“Lihat LP mu sekarang!” tegurnya kepada Rain dengan tatapan matanya yang tegas, “Tuan perlu istirahat!!”
Meskipun
Crown menjelaskan perkataannya dengan tegas, tetap saja sulit bagi Rain
untuk menerimanya. Maka dari itulah, masih dengan sikapnya yang keras
kepala, Rain menungkapkannya kepada Crown..
“Aku paling santai ketika berlatih!” jelasnya kepada Crown.
Namun menyikapi sikap Rain yang keras kepala itu,
Crown menungkapkannya..
“Kau ini bodoh, yah Tuan?” ucap Crown dengan wajahnya yang sedikit kesal, “aku mengkhawatirkanmu!”
Entah apa yang dipikirkan Crown ketika mengungkapkan perkataan itu, Rain pun tidak mengerti.
Sesaat
setelah mengungkapkannya, wajah Crown memerah, diikuti dengan sikapnya
yang sedikit canggung. Begitu juga dengan Rain, Rain tersentak dan
tertegun memandang Crown. Diikuti dengan wajahnya yang memerah padam
tentunya.
Sejenak angin bertiup pelan di dalam keadaan
mereka yang cukup hening. Mereka terdiam cukup lama tanpa mengatakan
sepatah kata pun dengan sikapnya yang canggung.
Namun
sepertinya Rain tipe pria yang tidak bisa begitu saja bungkam menerima
perkataan. Lalu di tengah keadaan diam itu, Rain mengungkapkannya..
“Apa yang kau katakan tadi?” tanyanya berusaha untuk mengulang perkataan Crown tadi.
Tapi di tengah keadaan diam itu, di dalam sikap canggung mereka, seseorang datang menghampiri mereka..
“Raiiin, kau sudah sehat?” teriaknya.
Seketika
mereka tersentak dan memandang ke arah suara itu secara bersamaan.
Tentunya suara itu sangat mengejutkan mereka dan terlalu tiba-tiba.
Menanggapi
kedatangan Luna yang beranjak mendekati mereka, mereka mulai
membiasakan diri dan merubah sikapnya. Sepertinya Rain dan Crown tipe
orang yang bisa menyesuaikan keadaan secara cepat.
“Ya, seperti yang kau lihat!” balasnya ketika Luna telah beranjak mendekat.
“Oh, syukurlah!” ucap Luna dengan ekspresi riangnya, “kau benar-benar tampak berbeda.”
“Mungkin itu berkat pelukan Master!” ungkapnya.
Rain
terdiam mendengar perkataan Luna. Lalu kembali wajahnya memerah ketika
mendengar perkataannya itu. Mungkin karena kejadian tadi masih membekas
di dalam ingatannya.
“Aku akan memberikan pedangmu, Tuan!” ungkapnya di tengah sikap diam Rain, “pastikan untuk mengikuti seperti arahan!”
Namun
saat Crown mengungkapkan itu, Crown sudah berada jauh di belakangnya.
Seperti menghindari sesuatu dan enggan mendekatinya, begitulah
kira-kira.
“Mengapa kau menjauh?” tanya Rain dengan ekspresi herannya, seakan sikap Crown itu sangat membuatnya bertanya-tanya.
Namun kembali,
Crown menggoda Tuannya di dalam sikapnya itu.
“Aku hanya menguji cintamu kepadaku, Tuan! Hyahaha!” ungkapnya.
“MEMANG APA YANG TELAH KULAKUKAN?!” teriak Rain kepada Crown.
Dan di tengah kebersamaan yang cukup hangat itu..
Rain memutuskannya.
“Baiklah!”
ucapnya dengan nada yang cukup tegas, “ayo kita melanjutkan perjalanan
kembali agar aku bisa menerapkan latihanku ke dalam pertarungan!”
Crown
hanya tersenyum menanggapi sikap Rain. Tentu saja karena pada saat ini
Rain menunjukan wajahnya yang penuh dengan keseriusan beserta dengan
semangat.
“Kau sudah siap untuk pergi, Tuan?” tanyanya di dalam sikapnya itu.
Luna
tertegun memandang mereka. Wajar saja sikap mereka itu membuatnya
bertanya-tanya.Tapi itu berbeda dengan Crown. Ia memandang Rain dengan
senyumannya yang hangat.
Lalu di tengah sikap mereka itu,
Tanpa keraguan atau rasa cemas,
Rain mengungkapkannya dengan wajahnya yang bersahabat.
“Ya!! Tentu saja!”
***
~Fin~
Halaman Penulis
Hai kawan-kawan sekalian! Bagaimana keadaan kalian semua? Tentunya baik-baik saja bukan?
Beribu terima kasih tak lupa saya ucapkan pada teman-teman sekalian yang tak bosan-bosannya membaca sampai pada halaman ini..
Sebelumnya saya minta maaf jika terdapat berbagai kesalahan dalam penulisan atau pun gaya yang saya pakai.
Memang,
sebenarnya ini adalah satu-satunya karya yang saya buat menggunakan
sudut pandang orang ketiga, dan berdasarkan latar kerajaan beserta tema
inggris. Meski sebelumnya selalu menggunakan tema jepang dan menggunakan
sudut pandang orang pertama..
Mungkin pada
akhir ini kurang begitu jelas dan terlalu cepat untuk pembaca. Karena
memang ada beberapa pembaca yang telah berkomentar seperti itu ketika
membaca akhir cerita ini terlebih dahulu.Tapi menurut saya ini adalah
hal yang menurut saya pas, karena saya memperhitungkan jumlah halaman
dan alur yang sudah saya persiapkan dengan matang.
Jadi saya mohon maklum jika ending tidak berkenan.
Yah, meski begitu, semua petualangan Rain belumlah tuntas semuanya..
Rain masih harus mencari jalan keluar dan mengalahkan musuh terberatnya bernama Hades.
Meskipun itu berarti harus mempertaruhkan nyawanya di dalam dunia Artania.
Begitu
juga Crown dan Luna, mereka masih harus bersedia membantunya untuk
mengalahkan Hades dan mengeluarkan Rain dalam dunia tersebut.
Mungkin petualangan mereka akan saya rangkum pada volume selanjutnya, Artania – The beginning of The End.
Namun saya tak akan bosan memperingatkannya,
jika
kalian tidak suka akhir yang berakhir buruk lebih baik kalian hentikan
membaca cerita ini dan berhentilah pada novel ini untuk mendapatkan
akhir yang bahagia.
Oh iya, mungkin akan ada satu chapter spesial untuk cerita ini, namun mungkin proses sharingnya akan berlasung cukup lama.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk semuanya.Jangan bosan-bosan untuk membaca tulisan saya yah!
Mari kita lihat cuplikan sekilas di bawah ini..
EPILOG
Ingatan itu sungguh merepotkan..
begitu mengingat sesuatu, ingatan yang lain pun mengikuti satu per satu.
Ya.. aku mengingatnya.
Dia.. selalu berpura-pura kuat dan terlalu memaksakan diri..
tapi, dia memiliki hati yang lebih lembut dari siapa pun.
Mendapatkan kebenaran ini rasanya terlalu kejam.
Terlalu menyakitkan..
Andai saja aku tidak mengingatnya.
Meskipun telah mendapatkan kenyataan ini..
sesungguhnya aku..
Aku selalu ingin melihatnya.
Aku ingin berada di tempat di mana bisa mendengar suaranya.
Aku ingin menyentuhnya.
Tapi saat aku tidak bisa mencapainya..
terasa sangat menyakitkan.
Omong kosong..
dunia ini hanya dipenuhi dengan kebohongan..
Bahkan di saat kau mencoba mempercayainya,
yang kau dapatkan hanyalah penderitaan.
“Duniamu memang dipenuhi dengan kebohongan dan hal yang memuakan. Namun, bukan berarti itu buruk, kan?”
Sampai saat ini, aku tidak mengerti tentang perkataanmu itu..
terasa menyakitkan..
bahkan di saat aku mencoba melihat ke depan,
aku tidak dapat menemukan apa pun.
Perasaan apa ini?
rasanya seperti tak ada seorang pun di sekitarku.
Semuanya terasa jauh.
Apakah ini yang dinamakan dengan kehilangan?
***
To be the continued..
Artania – The Beginning of The End.
Artania – Find and Feel The Sensation.
Created by Valdo L Finz, the eleven of sept, 2014.
Powered by Wolf Liner and Willy Inuyaz.
The End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar