My Dearest [Chapter IV] [Alasan yang sebenarnya]

  • Title: My Dearest
  • Genre: Action, Fantasy, Romance, Drama, Supernatural, Mystery
  • Author: Lullaby (Pen Name)
  • Status: Ongoing

Bagian Pertama: Kinester Terkuat
    
Anggela dan Hizkil sedang memakan makanannya diatas atap dekat pintu masuk, lalu tiba-tiba Hizkil dengan cukup cepat mengambil jus yang berada disamping Anggela dan segera meminumnya.

“Hey! Itu jus milikku !” Anggela dengan nada kesal.

“Ayolah bukankah kamu juga –“Hizkil perkataanya terpotong oleh Anggela.

“Tidak ! Aku tidak seperti itu, ” jelas Anggela sambil merebut kembali jus milikinya.

“Hee ayolah, aku belum menyelesaikan perkataanku, paling tidak biarkan aku menyelesaikannya, ” Hizkil dengan muka sok kecewa.

“Apa kau bodoh? Kenapa aku harus menurutimu?”

Shina yang berada dibalik pintu hanya bisa terkejut dan bergumam dalam hatinya seperti ini.” Eh ? Apa itu sikap kak Hizkil yang selalu terlihat keren?”

“Ohh iya Nggel, apa kamu sudah mendapatkan gebetan baru?”

“Apa kau mengajakku berkelahi?!” Tanya Anggela melirik Hizkil dengan nada sedikit kesal.

“Ahahahaha, gak enggak, aku angkat tangan, mustahil aku bisa menang melawanmu Nggel.”

Mustahil?” Shina bergumam dalam hatinya. Ya tentu saja dia kebingungan, dia mulai berpikir kenapa kineser tingkat 3 bisa berkata seperti itu pada kineser tingkat 1.

“Tapi Nggel aku masih bingung, ” Hizkil dengan nada serius.

“Bingung? Bingung kenapa?”

“Kenapa sih kamu mau ajah ngikutin rencananya si Shina itu? Padahal kan kamu udah tau rencanannya dia." Tanya Hizkil dengan muka kebingungan.

“Aku hanya iseng saja, gak ada alasan khusus.” Jawab Anggela sambil menutup matanya sebentar.

“Ayolah berhenti berbohong, aku tau jika kamu memejamkan matamu seperti itu dalam suasana serius seperti ini, kamu pasti sedang tidak jujur.”

Eeeeh... jadi dia tau dari awal semua rencannaku? Bohong kan? dan kenapa kak Hizkil juga bisa tau tentang rencana itu? ” Shina berbicara dalam hati sambil memasang muka yang sangat terkejut.

“Ya ya ya, aku memang bohong.” senyum Anggela lalu tiduran di atas lantai.

“Terus apa alasannya?”

“Coba kamu bayangkan, apa yang akan terjadi jika aku tidak datang dalam pertemuan itu?” Anggela sambil melirik Hizkil.

“Hmm... yaaa mungkin mereka bakalan bosan karena cuman menunggu diam gak ada kerjaan.”

“Nah itu alasannya, ” senyum Anggela.

“Hah ?!! Memang kenapa kalau mereka cuman nunggu diam disana? “ Hizkil terlihat semakin kebingungan.

“Aduh kamu ini yah.... jika mereka bosan menunggu, menurutmu siapa yang bakal disalahin karena sudah membuang waktu libur mereka?” Tanya Anggela lalu kembali duduk sambil melihat Hizkil.

“Ja-jadi jika kamu tidak datang ke pertemuan itu Shina hanya akan mempermalukan dirinya sendiri, begitu?” Hizkil dengan muka yang sangat terkejut.

Jawaban Hizkil direspon Anggela dengan senyuman, melihat respon Anggela tersebut dia langsung berdiri dan berbicara dengan nada kesal.

“Ka-kamu ini yah?! Kamu sadar gak dia cuman permainin kamu! Kenapa harus bersikap baik terlalu jauh seperti itu?? –“

“Ayolah, mungkin dia juga punya alasan tertentu, dia juga pasti punya sisi baiknya. Manusia itu gak ada yang sempurna, ” jelas Anggela memotong perkataan Hizkil dibarengi dengan senyuman.

“Jadi maksud kamu, kalau kamu ditodong sama perampok kamu akan kasih ajah semua barang-barang kamu karena berpikir dia juga pasti punya alasan tertentu sehingga melakukan perampokan. Gitu?”

Deg, kembali rasa sakit itu datang, rasa sakit hati Anggela saat Hizkil berkata seperti itu. " Sa-sakit? Kenapa?" gumam Anggela terkejut dalam hatinya.

“Y-ya enggak gitu juga bodoh !!” Anggela sambil memukul kepala Hizkil.

“Woi aku ini masih kakak kelas kamu loh! Sopan sedikit –“

“Ya ya kakak kelas, ” senyum Anggela lalu berjalan menuju pintu keluar tempat Shina bersembunyi.

Shina yang mengatahui hal tersebut bergegas turun menuruni tangga dengan kepala yang tertunduk, dia berjalan sangat cepat menuju kelasnya.

"Shina?"

“Shina ?!! Teriak teman dekatnya yang bernama Eliza.

“Y-ya ya apa?” Shina dengan nada sedikit gugup karena terkejut.

“Ehhh... ada apa dengan muka kamu, kenapa memerah seperti tomat yang sudah matang?”  Tanya Eliza sambil memegang kedua pipi Shina.

“An-anu ini cuman ke-kepanasan.” jawab Shina memalingkan wajahnya dan langsung bergegas masuk ke dalam kelasnya.

“Kepanasan?” Eliza bergumam sendiri.

“Ini kan masih jam 10 pagi, “ jelas eliza kebingungan sambil melihat jam tangan yang berada di tangan kanannya.



***

Bagian Kedua:

Ting tong, Sekolah telah berakhir, semua siswa pulang ke rumahnya masing-masing, tentu saja hal tersebut berlaku bagi Anggela dan Hizkil.

Anggela berjalan pulang menuju gerbang sekolah, lalu.

“Woi !!” Tepak Hizkil ke punggung Anggela.

“Yo! “

“Nggel nggel, tadi ada gadis yang nembak aku lohh!!” Hizkil dengan nada sombong.

Dengan nada datar dan memasang muka pandangan lurus kedepan, Anggela menjawab.

“Oh, selamat-selamat.”

“He aku serius nih ! Jangan menganggap remeh masalah ini.”

“Ya ya, jadi gimana?” Tanya Anggela melirik kearah Hizkil.

“Aku tolak. ” Jelas Hizkil tersenyum sedih.

“Mau sampai kapan kamu seperti ini? Kamu harus mencari yang baru, lagipula dia sudah tidak ada.” Anggela dengan nada turut prihatin.

“Tapi aku –“ Hizkil cuman terhenti karena melihat pandangan Anggela yang sangat serius melihat jalan raya dekat gerbang sekolah.

“Anggela?” Tanya Hizkil keheranan.

“Pegang ini !!” Anggela sambil melemparkan tasnya ke arah Hizkil.

“Ehh memangnya kenap –“Hizkil lalu terdiam karena terkejut Anggela sudah menghilang dari pandangannnya.

“Ja-jangan-jangan ?” Hizkil melihat kearah jalan raya yang tadi dilihat Anggela.

“Sh-Shina?!!” Hizkil terkejut langsung berlari kearah jalan raya tersebut.

Anggela menyelamatkan Shina yang hampir tertabrak oleh Flying Car  yang akan mendarat, Shina hanya terdiam kagum melihat Anggela yang sedang menggendongnya.

“Ka-kamu gapapa?” Tanya sang pengemudi cemas ke arah Anggela.

“Jangan bertanya padaku! Tanya pada gadis ini !“ Teriak Anggela dengan nada kesal sambil menurunkan Shina.

“Nona kamu gapapa?” Tanya sang pengemudi.

“Ak-aku gapapa.” Shina dengan muka yang memerah sambil terus menatap Anggela.

“Bila ada apa-apa tolong hubungi saya, sungguh saya sangat menyesal atas kejadian ini.” Jelas sang pengemudi sambil meberikan kartu namanya.

"Iya iya pak, " shina sambil menerima kartu nama tersebut dan langsung melihat kembali Anggela.

“Makas –“ Shina berniat berterima kasih tapi perkataannya langsung teropotong oleh Anggela.

“Maaf bukannya aku sok jadi pahlawan atau sok cari perhatian kamu, aku tau kamu membenciku, tapi aku enggak bisa diam ajah ketika orang yang berada didepanku terancam bahaya.” Jelas Anggela lalu berjalan menghampiri Hizkil yang sedang berlari.

“Gilaa !! kamu menggunakan Electro –“ Hizkil sambil melemparkan tas milik Anggela.

“Ayo pulang !! “ Teriak Anggela.

Shina hanya bisa melihat Anggela dan Hizkil dari kejauhan, saat itu untuk pertama kalinya sejak dia lahir, dia merasakan hatinya berdegup sangat kencang, sambil memasang muka sedikit sedih Shina bergumam pada hatinya sendiri. “Pe-perasaan menyesakkan apa ini?”

Warna langit sudah berubah menjadi orange. Selama perjalanan pulang tersebut suasana cukup hening, tidak ada satu kata pun keluar dari Anggela maupun Hizkil, Hingga Hizkil mulai membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana.

“Waduh udah lama aku gak liat kemampuan itu.” Hizkil tersenyum ke arah Anggela.

“Mau bagaimana lagi? Aku gak mau kejadian satu tahun yang lalu itu terulang kembali.”

“Oh maksudmu tentang Sylvia itu?”

“Iya, jangan beritahu siapapun tentang masalah itu, termasuk kakakku Keisha.” Jelas Anggela sambil melirik Hizkil.

“Ya ya ya, pangeran, ” Hizkil sambil memejamkan matanya.

“Tapi kamu beruntung yah, “ lanjutnya sambil berjalan mundur menghadap Anggela.

“Beruntung kenapa?”

“Heee? Jadi kamu gak peduli kalau kemampuanmu yang sebenarnya terbongkar?” Tanya Hizkil dengan muka yang cukup terkejut.

“Aduh sial !! Aku lupa masalah itu?? Siapa ajah yang udah liat kejadian itu? Biar aku paksa tutup mulut!” Jelas Anggela dengan muka khawatir.

“Maka dari itulah aku bilang kamu lagi beruntung, untung saja tidak ada siswa yang melihat kejadian itu.” jelas Hizkil.

“Ohh begitu.” jelas Anggela lalu membuang nafas lega.

“Awas! –“ lanjut Anggela tapi perkataanya langsung terpotong oleh Hizkil.

“Awas? Tenang ajah aku gak bohong kok, beneran gak ada yang lihat kemam –“ Hizkil perkataanya terpotong karena kesakitan, kepalanya terbentur tiang.

“Awww, sakit !“ Hizkil sambil mengelus kepalanya sendiri.

“Kenapa kamu gak ngasih tau aku sih?” Hizkil dengan nada sedikit kesal.

“Salah siapa memotong perkataan orang lain, “ jelas Anggela sambil memalingkan wajahnya.

“Salah kamu nih kalau kepalaku benjol !” Jelas Hizkil.

“Haah?! Kok aku yang disalahin?” Anggela menghentikan langkah kakinya.

“Iya, seharusnya kamu gantian dong jalan mundur seperti aku, ” Hizkil ikut menghentikan langkahnya.

“Maaf aku bukan orang aneh, ” Anggela sambil melanjutkan langkahnya.

"Ehh, jadi maksudmu itu aku termasuk orang aneh?” Hizkil sambil berjalan cepat mengejar Anggela.

“Oh iya Hizkil, aku mau tanya sesuatu.” Anggela sambil terus melangkahkan kakinya.

“Iya apa?”

“Kenapa kamu mengikutiku?” Tanya Anggela dengan nada sedikit kesal.

“Apa maksudmu? Jalan rumahku juga kesini –“

“Jangan bohong!! Rumahmu berlainan arah dengan rumahku, ” Anggela sambil menunjuk arah kebelakang.

“Benarkah?” Jawab Hizkil polos.

“Jangan berlagak bodoh, cepat pulang sana!” Anggela sambil menunjuk kembali arah yang berlainan dengan tujuannya.

“Ya ya ahahaha, aku suka banget deh liat muka marahmu itu, lucu ahahaha, ” Hizkil tertawa.

“Ya sudah aku pulang dulu yah bye,” Hizkil lalu menghilang karena menggunakan kemampuan teleportnya.

Sedangkan Anggela akhirnya sampai dirumahnya, dan dia mendapati kakaknya dengan muka sedih sambil memegang sebuah handphone.

“Ang-Anggela ada kabar buruk datang dari keluarga kita.” Jelas Keisha dengan muka sedih.

“Ka-kabar buruk?” Tanya Anggela memasang muka cemas.

“Satu-satunya kakek kita telah meninggal kemarin sore, dia meninggal karena –“

“Ohh si botak itu udah meninggal?” Tanya Anggela dengan nada meremehkan.

“Anggela! Meski dia botak, dia masih tetap kakekmu, jangan menghinanya seperti itu!” Jelas Keisha dengan nada sedikit kesal.

“Tapi bukankah kakak juga suka memanggilnya dengan si cerewet tingkat dewa? Bukankah itu juga menghi –“

“Itu masa lalu ! Itu waktu kakak masih kecil, sekarang udah enggak kok!” Keisha dengan muka yang memerah.

“Ya iya kak,” Anggela tersenyum.

“Jadi dia kembali kesini yah?” Lanjut Anggela bertanya sambil membuka sepatunya.

“Iya sepertinya begitu, sudah 11 tahun aku tidak melihatnya, aku ingin segera melihat wajahnya sekarang,“ Keisha sambil melihat salah satu foto dalam rumahnya.

“Aku juga kak, aku juga penasaran seperti apa dia sekarang, ” Anggela sambil berdiri dan melihat foto yang dilihat oleh Keisha.

“Aduh aku jadi inget betapa lucunya kalian berdua, kalian selalu saja berebut mainan.” Keisha tertawa.

“Benarkah? Aku tidak pernah mengingat hal itu.” Jelas Anggela langsung masuk dan mengambil segelas air dalam lemari es.

“Iya, tapi ujung-ujungnya kamu selalu menang, dan dialah yang selalu menangis sambil berlari kearahku.“

“Aku ingat itu, dia memang sering menangis dan selalu saja dekat denganmu, ya kan Kak?” Tanya Anggela.

“Iya, setiap dia menangis dia selalu berlari kearahku dan memeluku, seakan-akan aku disuruh untuk menghiburnya,” senyum Keisha.

“Ahahahaha, masa lalu yang indah.” Jelas Anggela lalu meminum air yang dia ambil sebelumnya.

“Aku jadi ingin tau, apa dia masih bersikap seperti itu yah Anggela?” Tanya Keisha tersenyum bahagia.

“Mungkin saja, karena dia masih tetap adik kecil kita, “ senyum Anggela lalu masuk kedalam kamarnya.

“Ya adik kecil kita, Anggelina.“ Keisha sambil menyentuh foto Anggelina yang masih berumur 5 tahun.



***

Chapter Selanjutnya
Chapter Sebelumnya
Main Menu

My Dearest [Chapter IV] [Alasan yang sebenarnya] Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

Tidak ada komentar:

Posting Komentar